Loading....
LAZNAS Dewan Dakwah - Hingga saat ini, PBB menyebut etnis Rohingya sebagai etnis paling menderita. Tidak diakui negaranya, ratusan ribu Rohingya melintasi daratan dan menyeberangi lautan untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Apa kabar saudara Rohingya kita? Di mana kini mereka bermukim? Di kamp-kamp pemukiman yang terisolasi? Di desa-desa terpencil yang jauh dari mana-mana atau di negara-negara tetangga yang mau menampung mereka. Terapung berbulan-bulan di lautan, terpencar dari tanah kelahiran.
Bisakah kalian ikut merasakan bagaimana rasanya jadi Rohingya sekali saja? Lima tahun lalu hampir 10 ribu nyawa dibantai secara besar-besaran oleh tentara Myanmar, tidak diakui negaranya, rumah-rumah mereka dibumihanguskan, sampai saat ini mereka masih sibuk jadi pelarian, berpencar ke mana-mana yang mau menampung mereka.
Di tanah penampungan, kamp-kamp mereka juga sam asulitnya, sama susuahnya. Belumlali, beberapa waktu lalu kamp pengungsian mereka kebakaran. Sungguh, kehidupan mereka penuh derita.
Tahun ini akan jadi tahun keenam mereka berlebaran qurban di negeri orang. Sebagian besar masih menetap di Bangladesh, lainnya jadi pelarian dan tersebar di berbagai negara. Di mana pun mereka mengungsi, kondisinya sama: penuh derita. Hak-hak warga negara tak mereka dapatkan. Etnis terasing yang tak mendapat tempat di mana-mana. Meski nyawa taruhannya, mereka terus mengembara mencari kehidupan yang lebih layak.